0 Bunda Jagalah Lisanmu

Kita tentu pernah mendengar kisah Malin Kundang. Seorang anak yang durhaka terhadap ibunya dan hidupnya berakhir menjadi batu, karena lisan ibunya. Kisah ini bagaimanapun memang hanya sebuah legenda yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, namun satu hal yang perlu dicermati adalah luar biasanya pengaruh lisan ibu terhadap anak.
Dalam kehidupan sehari-hari, kadan kita jumpai seorang ibu yang jengkel atas kenakalan dan kesalahan anaknya,Kata-kata tidak pantas pun kadang keluar dari bibirnya. Sang ibu-pun tidak lagi merasa bersalah ataupun berdosa atas perbuatannya tersebut.

Tidak bisa dipungkiri, beban ibu rumah tangga tidaklah ringan. Ibarat pekerja, ibu mempunyai jam kerja yang tidak terbatas, tidak seperti pekerja kantoran yang 8 jam. Selepas itu ia bisa beristirahat dengan tenang. Sedangkan bagi ibu yang memiliki anak haruslah berjaga hingga 24 jam, belum lagi harus melayani suami, memasak, mengurus rumah, menyetrika, dan lainnya.

Beruntung kalau ada pembantu, masih bias saling berbagi tugas..tapi bagaimana kalau tidak punya? Semua tugas akan dikerjakan sendiri,belum mengurus anak..kadang ada dalam posisi yang sangantlah capek,
Sedikit saja buah hati buat kesalahan,tersulut emosilah sang ibu..dan mungkin bias mengucapkan kata2 yang kurang pantas.
I
Pengaruh pada Anak
Cacian dan makian yang dilontarkan kepada anak-anak adalah salah satu faktor terburuk yang menyebabkan penyimpangan psikologis anak, bahkan merupakan faktor terbesar dalam mewujudkan rasa rendah diri.
Jika sekali saja anak berbuat bohong, maka kita memanggilnya si pembohong. Sekali saja anak memukul adiknya, kita menyebutnya anak nakal. Dan apabila anak dimintai tolong tapi ia tak mau, maka ia dijuluki pemalas. Tak jarang cacian dan makian ini terjadi di depan orang lain.

Tidak diragukan lagi perlakuan seperti ini merupakan salah satu faktor penyebab anak memandang dirinya sebagai orang yang hina dan tak berarti. Ini juga akan melahirkan gangguan-gangguan psikologis di dalam jiwa anak yang mendorong untuk memandang orang lain dengan pandangan yang sinis, dengki, dan menyebabkan anak tidak dapat menghargai hidupnya . Bagaimana mungkin kita akan mengharapkan anak-anak mampu memiliki ketaatan, kebaikan, kehormatan,dan bias menghargai diri sendiri, sedang kita sendiri tidak menghargai dirinya..Sepertinya hanya kecil kelihatannya, namun begitu besar akibat yang ditimbulkan oleh kata-kata.
Sungguh, pada mulut kita terletak surga dan neraka kita, sekaligus surga dan neraka anak-anak kita.
Kendalikan Diri
Beratnya beban ibu, tak seharusnya menjadi alasan kewajaran untuk mencela anak saat marah. Itu berarti keimanan memiliki peranan yang besar. Karena keberadaan iman akan membuat kita senantiasa merasa berada dalam ‘pengawasan Allah’. Dan tak ada tempat bagi kita untuk melanggar hukum Allah. Sehingga perbuatan dan lisan kita pun terkontrol.
Untuk ibu, milikilah akhlak luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang.
Allah juga melarang orangtua melaknat anak-anak mereka, bukan hanya itu kitapun dilarang menyumpahi diri kita sendiri ketika kita marah karena sesungguhnya kita tidak mengetahui kapan saatnya perkataan ataupun do’a (baik maupun buruk) yang kita ucapkan akan di kabulkan.
Kondisi lelah seringkali memicu seseorang mudah marah. Karena itu kerjakanlah pekerjaan rumah tangga apa yang ibu sanggup, jangan memaksakan diri. Tidurlah segera ketika anak-anak tidur sehingga ibu mempunyai waktu untuk beristirahat, dan tentu saja kerjasama antara suami istri sangat penting sekali dalam rumah tangga. Berilah pengertian kepada suami mengapa ibu tidak bisa menyelesaikan tugas rumah tangga dengan penjelasan yang baik dan cara yang hikmah. Insya Allah suami akan mengerti. Jangan lupa berdo’alah kepada Allah agar Dia Yang Maha Kuasa merubah kebiasaan buruk ini sesungguhnya hati Ibu dalam genggaman-Nya.dan mulailah dari sekarang untuk jadi ibu yang bias dibanggakan oleh anak2 kita
 

Bucu-Bucu Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates